Di Sinilah Aku
Bulan menangis, ketika malam tiba iba, melihat dia ditelan putus asa. Di setiap sudut malam telah dicarinya Dia. Mengapa tiada juga jawaban “Di sini Aku”. ia pun terdiam lelah dan menyerah kalah. Langit sunyi bintang-bintang sepi Awan tersedu dalam isak hujan yang tertahan Nabi Khidir turun berkereta hijau-hijau dedaunan menegunya, mengapa kamu membiarkan setan mengejekmu sia-sia doa, karena Dia yang kau panggil dengan seru tiada memberi jawaban, “Di sini Aku”. Kenapa tak kaupanggil lagi nama-Nya, menyesalkah kamu karena sia-sia sajalah hatimu merindu? Katamu Maulana, datangnya Nabi Khidir adalah tanda tiada pernah sia-sialah kamu beribu kali berdoa menyerukan allah. Sekali saja kamu menyeru ya Allah, seribu kali terjadi Dia mendatangi kamu. Di sinilah Aku : dalam keraguanmu Di sinilah Aku : dalam kekawatiranmu Di sinilah Aku : dalam kebingunganmu Di sinilah Aku : dalam ketakutanmu Di sinilah Aku : dalam keputuasaanmu Di sinilah Aku : dalam kegelapanmu Di sinilah Aku : dalam kemarahanmu Di sinilah Aku : dalam kekerasanmu Di sinilah Aku : dalam kesalahanmu Di sinilah Aku : dalam dosamu. Maka Maulana, ajarilah aku percaya: keraguanku adalah kepastian-Nya kekhawatiranku adalah Jaminan-Nya kebingunganku adalah petunjuk-Nya ketakutank adalah keberanian-Nya keputuasaanku adalah harapan-Nya kegelapanku adalah Terang-Nya kemarahanku adalah kesabaran-Nya kekerasanku adalah kelemahlembutan-Nya kesalahanku adalah pengampunan-Nya dosaku adalah rahmat-Nya.2005
Di saduk dari : Majalah BASIS, Hal, 54-59
Nomor 03-04, Tahun Ke -55, Maret – April 2006
Tinggalkan komentar